Pengantar Kata
Om Swastyastu.
Om Awighnam astu namo sidham.
Atas asung kerta waranugraha Hyang Widhi Wasa saya berhasil merangkum
mantra-mantra untuk keperluan sehari-hari yang disebut dengan istilah Yadnya Sesa
atau Mebanten Saiban. Yadnya Sesa ini wajib dilakukan setiap hari sehabis memasak
sebelum makan. Hal ini sebagai bentuk nyata ucapan terima kasih kepada Hyang Widhi
dan semua manifestasinya, yaitu para Dewa-Dewi, Bhatara-Bhatari, Pitara-Pitari
maupun Sarwa Bhuta-Bhuti.
Adapun kita dalam melaksanakan Yadnya Sesa itu diberbagai tempat, bukan
berarti kita ini menyembah tempat itu atau Sarwa Bhuta-Bhuti yang ada disitu. Tiada
lain adalah sebagai bentuk ucapan terima kasih kepada Hyang Widhi yang bersifat
Wyapi wyapaka yaitu Hyang Widhi itu berada dimana-mana memenuhi segala tempat,
dan ditempat itu kita percaya ada Hyang Widhi.
Adapun tujuan kita melaksanakan Yadnya Sesa itu adalah untuk mengucapkan terima
kasih kepada Hyang Widhi yang telah menciptakan pangan kepada kita dan mohon
kepada Hyang Widhi agar kita diberikan keselamatan dalam melakukan aktifitas
kehidupan ditempat-tempat tersebut.
Dalam kita melaksanakan Yadnya Sesa tersebut tidak bisa lepas dari mantra atau
doa yang harus kita ucapkan sesuai dengan tempat yang kita tuju. Untuk itulah saya
berusaha untuk membuat tulisan ini dengan maksud untuk membantu para umat
sedharma yang membutuhkan agar dapat melaksanakan Yadnya Sesa secara rutin setiap
hari dengan penuh keyakinan.
Sudah barang tentu tulisan ini masih banyak kekurangan maupun ketidak
sempurnaannya karena keterbatasan kemampuan saya. Untuk itu dengan segala
kerendahan hati saya mohon kritik dan saran dari para pembaca demi sempurnaanya
tulisan ini.
Om Anobhadrah kratavo yantu visvatah.
Om Santi santi santi Om.
Penulis
A. Beberapa mantra yang biasa dipergunakan untuk Yadnya Sesa yang bersifat
Nitya Karma atau secara rutin setiap hari, diantaranya yaitu :
Yadnya Sesa setelah selesai memasak (Banten Saiban).
1. Di Dapur :
a. Di Tempat Beras ( Bisa juga untuk di sawah )
Doa : Om Sri Devi amŗtha Ya Namah Svaha.
Arti : Ya Tuhan, dalam wujud-Mu sebagai penguasa Amertha, hamba bersujud
pada-Mu.
b. Di Tungku tempat api / Kompor :
Doa : Om Sang Hyang Tri Agni Ya Namah Svaha.
Arti : Ya Tuhan, dalam wujud-Mu sebagai Agni, sebagai penguasa penerang
dalam kegelapan, sebagai sumber energi bagi kehidupan, hamba bersujud
pada-Mu.
c. Di Tempat Penyimpanan Air :
Doa : Om Gangga Devi Ya Namah Svaha.
Arti : Ya Tuhan, dalam wujud-Mu sebagai Devi Gangga, hamba ber-sujud pada-
Mu.
d. Di Pelangkiran :
Doa : Om Om Deva Datta Ya Namah Svaha.
Arti : Ya Tuhan, dalam wujud-Mu sebagai Purusa Pradhana, sebagai sumber
dari kehidupan, hamba bersujud pada-Mu.
2. Di Sumur :
Doa : Om Ung Wisnu Ya Namah Svaha.
Arti : Ya Tuhan, dalam wujud-Mu sebagai Wisnu, penguasa air kehi-dupan,
hamba bersujud pada-Mu.
3. Di Lubang Saluran Air Limbah / Pembuangan.
Doa : Ih Sang Kala Sumungsang Ya Namah Svaha.
Arti : Ya Tuhan, dalam wujud-Mu sebagai Kala Sumungsang, hamba ber-sujud
pada-Mu.
4. Di Sanggah Merajan :
a. Di Kemulan / Rong Tiga :
Doa : Om Ang Ung Mang Paduka Guru Ya Namah Svaha.
Arti : Ya Tuhan, dalam wujud Wijaksara Ang-Ung-Mang atau Tri Guru,
hamba bersujud pada-Mu.
b. Di Taksu :
Doa : Om Deva-Devi Ya Namah Svaha.
Arti : Ya Tuhan, dalam wujud-Mu sebagai Rwa Bhineda, hamba bersujud
pada-Mu.
c. Di Penglurah :
Doa : Om Anglurah Agung Bhagawan Penyarikan ya namah svaha.
Arti : Ya Tuhan, dalam wujud-Mu sebagai Anglurah, sebagai perantara bagi
Sang Anembah dengan Sang Kasembah, hamba bersujud pada-Mu.
d. Di Pelinggih Sri Sedana :
Doa : Om Kvera Deva ya namah svaha.
Arti : Ya Tuhan, dalam wujud-Mu sebagai Sang Hyang Kwera, sebagai
penguasa kekayaan, hamba bersujud pada-Mu.
5. Di Sanggah Penunggu Karang :
Doa : Om Sang Hyang Siti Manikmaya Sang Sedahan Pekarangan ya namah
svaha.
Arti : Ya Tuhan dalam wujud-Mu sebagai penguasa Pekarangan, hamba bersujud
pada-Mu.
6. Di Pintu Masuk Pekaranngan / Gawangan :
Doa : Om Sang Hana Dora Kala ya namah svaha.
Arti : Ya Tuhan, dalam wujud-Mu sebagai Dora Kala, hamba bersujud pada-Mu
7. Di Tempat Ari-ari :
Doa : Ih Anta Preta Bhuta Kala Dengen ya namah svaha.
Arti : Ya, Ananta, Preta, Bhuta, Kala Dengen, hamba bersujud Pada-Mu.
8. Di Pelangkiran Tempat Belajar :
Doa : Om Sang Hyang Saraswati ya namah svaha.
Arti : Ya Tuhan, dalam wujud-Mu sebagai Dewi Ilmu Pengetahuan, hamba bersujud
pada-Mu.
9. Di Pelangkiran Tempat Tidur :
Doa : Om Sang Hyang Siwa Guru ya namah swaha.
Arti : Ya Tuhan, dalam wujud-Mu sebagai Siwa Guru yang menguasai kamar tidur,
hamba bersujud pada-Mu
10. Di Atas Atap / Angkasa :
Doa : Om Akasa Nirmala Sunia ya namah svaha.
Arti : Ya Tuhan, dalam wujud-Mu sebagai penguasa Angkasa yang suci dan sunyi
tanpa noda, hamba bersujud pada-Mu.
B. Menghaturkan Segehan yang bersifat Naimitika Karma yaitu pada hari Kajeng
Kliwon dan hari-hari suci lainnya :
1. Di tempat api (tungku/Kompor) : Segehan Merah.
Doa : Ih Sang Kala Agni bokti ya namah.
Arti : Ya Tuhan, hamba menghaturkan persembahan kepada Kala Agni, semoga
Agni selalu memberi penerangan dan energi dalam kehidupan.
2. Di Tempat air dan di Sumur : Segehan Hitam.
Doa : Ih Sang Bhuta Agora bokti ya namah.
Arti : Ya Tuhan, hamba menghaturkan persembahan kepada Sang Bhuta Agora,
penguasa air, semoga selalu memberikan kesejukan dan sebagai sumber
amerta dalam kehidupan.
3. Di Pelangkiran Dapur : Segehan Putih – Kuning.
Doa : Ih Kala Kali bokti ya namah.
Arti : Ya Tuhan, hamba menghaturkan persembahan kepada Kala-Kali semoga
berkenan.
4. Di Sanggah Merajan :
a. Di Kemulan / Rong Tiga : Segehan Putih – Kuning.
Doa : Ih Sang Tiga Bucari bokti ya namah.
Arti : Ya Tuhan, hamba menghaturkan persembahan kepada Sang Kala Bucari,
Bhuta Bucari, Durga Bucari, semoga berkenan.
b. Di Taksu: Segehan Putih – Kuning.
Doa : Ih Ang Khang Kasolkaya Sarwa Bhuta bokti ya namah.
Arti : Ya Tuhan, hamba menghaturkan persembahan kepada Bhuta-Bhuti dalam
wujud-Mu sebagai Purusa-Predhana, semoga berkenan.
c. Di Penglurah : Segehan Hitam-Putih.
Doa : Ih Bhuta Kala bokti ya namah.
Arti : Ya Tuhan, hamba menghaturkan persembahan kepada Sang Bhuta Kala,
semoga berkenan.
d. Di Pelinggih Sri Sedana : Segehan Putih – Kuning.
Doa : Ih Sang Kala Goncang bokti ya namah.
Arti : Ya Tuhan, hamba menghaturkan persembahan kepada Sang Kala Goncang
sebagai penjaga kekayaan/sedhana, semoga berkenan.
5. Di Sanggah Penunggu Karang : Segehan Hitam-Putih.
Doa : Ih Sang Bhuta Preta bokti ya namah.
Arti : Ya Tuhan, hamba menghaturkan persembahan kepada Sang Bhuta Preta
semoga berkenan.
6. Di Tempat Ari-ari : Segehan Kepel (4 kepel).
Doa : Ih Anta, Preta, Bhuta, Kala Dengen bokti ya namah.
Arti : Ya Tuhan, hamba menghaturkan persembahan kepada Anta, Preta, Bhuta,
Kala Dengen, semoga berkenan.
7. Di Pintu Masuk Pekaranngan / Gawangan : Segehan Panca Warna.
Doa : Ih Sang Kala Ngadang bokti ya namah.
Arti : Ya Tuhan, hamba menghaturkan persembahan kepada Sang Kala Ngadang,
semoga berkenan.
Mantra Bhuta Yadnya.
1. Menghaturkan segehan warna 4 dihalaman / latar :
Mantra : Om Kala Bhucari ya namah.
Arti : Ya Tuhan, dalam wujud-Mu sebagai Kala Bhucari, hamba bersujud pada-
Mu.
Kemudian berikan tetabuhan/minuman : tuwak, arak, berem dengan arah putaran ke
kiri 3 kali.
Mantra : Om êbêk segara ebek danu ebek banyu pramananing hulun.
Arti : Ya Tuhan, penuhlah lautan, penuhlah danau, penuhlah air dari persembahan
hamba.
2. Menghaturkan segehan warna 5 di halaman Merajan / Sanggah.
Mantra : Om Bhuta Bhucari ya namah.
Arti : Ya Tuhan, dalam wujud-Mu sebagai Bhuta Bhucari, hamba bersujud pada-
Mu.
Kemudian berikan tetabuhan/minuman : tuwak, arak, berem dengan arah putaran ke
kiri 3 kali.
Mantra : Om êbêk segara ebek danu ebek banyu pramananing hulun.
Arti : Ya Tuhan, penuhlah lautan, penuhlah danau, penuhlah air dari persembahan
hamba.
3. Menghaturkan segehan warna 9 di pintu pekarangan / gawangan.
Mantra : Om Durgha Bhucari ya namah.
Arti : Ya Tuhan, dalam wujud-Mu sebagai Durgha Bhucari, hamba bersujud pada-
Mu.
Kemudian berikan tetabuhan/minuman : tuwak, arak, berem dengan arah putaran ke
kiri 3 kali.
Mantra : Om êbêk segara ebek danu ebek banyu pramananing hulun.
Arti : Ya Tuhan, penuhlah lautan, penuhlah danau, penuhlah air dari persembahan
hamba.
Segehan Panca Warna
Segehan ini dihaturkan kepada Kala Buchara / Buchari (Bhuta Kala) supaya
tidak mengganggu kepada kita. Penyajiannya diletakkan di bawah / sudut- sudut latar
Merajan / Pura atau di halaman rumah dan di gerbang masuk bahkan ke perempatan
jalan.
Mengenai waktu penyajiannya bisa dilakukan tiap hari, atau hari-hari tertentu
sesuai kebiasaan dan hari-hari suci. Bahan utamanya adalah nasi berwarna, beberapa
kepel. Yang umum segehan: putih dan kuning. Tetapi ada juga segehan putih dan putih,
putih - hitam, putih - merah, merah - merah, hitam - hitam, kuning - kuning. Ada pula
yang panca warna: peletakannya sebagai berikut: putih di Timur, merah di Selatan,
kuning di Barat, hitam di Utara, panca warna/brumbun di Tengah.
Segehan panca warna merupakan segehan yang di dalamnya terdapat nasi 5 warna yang
berbeda, adapun isi dan makna dari segehan ini ialah:
1. Alas dari daun / taledan kecil yang berisi tangkih di salah satu ujungnya. Taledan =
segi 4, melambangkan 4 arah mata angin.
2. Jahe, secara ilmiah memiliki sifat panas. Maksudnya: semangat dibutuhkan oleh
manusia tapi tidak boleh emosional/cepat panas/cepat marah.
3. Brambang, memiliki sifat dingin. Maksudnya: manusia harus menggunakan kepala
dingin dalam berbuat/menghadapi masalah, tapi tidak boleh bersifat dingin terhadap
masalah-masalah sosial (masa bodoh).
4. Garam, memiliki PH-0 artinya bersifat netral, garam adalah sarana yang mujarab
untuk menetralisir berbagai energi yang merugikan manusia (tasik pinaka panelah
sahananing ngaletehin).
5. Tetabuhan/minuman: Arak, Berem, Tuak, adalah sejenis alkhohol, dimana alkhohol
secara ilmiah sangat efektif dapat dipakai untuk membunuh berbagai kuman/bakteri
yang merugikan. Oleh kedokteran dipakai untuk mensterilkan alat-alat kedokteran.
Metabuh/menuangkan minuman pada saat masegeh adalah agar semua bakteri, Virus,
kuman yang merugikan yang ada di sekitar tempat itu menjadi hilang/mati.
Doa mengahturkan segehan Panca Warna / Caru:
Om Awighnam astu namo sidham.
Om Sang Kala Eka Wara, Sang Kala Dwi Wara, Sang Kala Tri Wara.
Manusianira angaturaken tadhah saji ring kala kabeh.
Mugia boten ketaman luput ring Sang Kala Tiga.
Poma, poma, poma.
Om Sarwa Bhuta Panca Warna sukha pretabyo namah swaha.
Doa Tetabuhan/menuangkan minuman dengan arah putaran kekiri:
Om Ebek Segara, ebek danu, ebek banyu pramaning ulun.
Om Ksama sampurna ya namah swaha.
MANTRA DHARMA PEMACULAN
1. Membuat tempat uritan di sawah :
Mantra : Om Pukulun Sang Ibu Pertiwi, ingsun kinongkon denira Sang Hyang
Babuan, ayu wai milaraning ingsun, tabe, tabe, tabe.
2. Ngurit padi di sawah :
Mantra : Om Pukulun sira muncar saking Akasa sumekul sira ring Pertiwi.
lemu,lemu, lemu.
3. Menanam padi di sawah :
Mantra : Ong Ana sira Resi Gana rupa pindha liman netranira abrit dumilah
angilangaken wighna ring pari. Ong.
4. Doa menolak hama penyakit padi di sawah :
Ong angloperi dera wong tikus walang sangit, caṇdhang lanas wereng, caṇdhang
uler, caṇdhang api, caṇdhang sasab, aja tiba ring sawah ira bhaṭara gurū iki,
dinangko jabaning pager, sidi mantraku.
5. Untuk mencegah datangnya tikus, dalam teks Usada Carik digunakan sarana seperti
dedes tingalun (sejenis gula tebu) yang disebarkan di sekeliling sawah dengan
mantra:
Ong Sang Hyang Putih, aja sira mangan pari ningsun, iki parin Batara Guru,
lamun sirra kawasa amangan dening kuwuk putih, kawaṣa sira mangan pari
ningsung, yan ki tan kawasa sira amangan dening kuwuk putih, tan kawaśa sira
amangan pari ningsun, sidi mantranku.
6. Metik padi di sawah :
Sarana Banten: Nasi kuning beralaskan tulung 7 buah, lauknya kuning telor dan bunga
kuning.
- Mantra : Ong Sri Mahadewa ya namah
- Mantra memanen padi : Ong Sri mider, sri mandel, mungguh sri jagat raya
namah. Ong sang pangukuhan, sang karung kalah, sang sandang gabah, sang
katung mararas, sang wretikan dayun, Angrowangana ani-ani, witana mandel
Ong sidhirastu namah swaha.
7. Menaikkan padi di lumbung :
Mantra: Ong Ih Sang Sri rumaket ring sanak putu, kadya sang yayah ibunira,
manawi sira salah tata salah lungguh, pwa sira aja mirudhani janma
manusa, apan manusa nora wruha lah tabe sira, poma, poma, poma.
8. Nandur klapa lan woh-wohan :
Mantra : Ong Bolo, bolo Ong ameteng pandakan anak-anakan sira metu
pandakan, rendah, rendah, rendah.
9. Nandur pala gantung :
Mantra : Ong Yang Rama Raja mikul buahne teka dengkak mawoh enged, teka
enged, teka enged, teka enged.
10. Nandur macam-macam tetanduran :
Mantra : Ong teka cabol saka wetan mangindhit kendhil, teka cabol saka kidul
nyangking kendhil, teka cabol saka kulon nyangking kendhil, teka
cabol saka lor nyangking kendhil, katemu padha jagongan, ing kono
padha enged, sing teka padha enged, enged, enged, enged.
11. Panugrahan nenandur :
Mantra : Ong Bhatari Pertiwi panglengkaranira Sang Matisya Ibu Kumbe.
12. Sawise nenandur :
Mantra : Ong cabol darih ungku salah parama brangbangan.
Buku Sumber : DOA SEHARI-HARI KELUARGA DAN MASYARAKAT HINDU.
Oleh : Ida Pandita Mpu Jayawijaya. Tahun 2004
**********************